Sabtu, 05 November 2011

M I M P I; Sebuah satire asal tulis untuk diri sendiri...:p


Prologue:
Mimpi. Impian. Bermimpi.
Salah satu hal yang semua orang bisa melakukannya. Tanpa perlu skill khusus. Tanpa perlu sekolah tinggi sampai botak. Dan yang paling penting; tidak perlu mengeluarkan duit se-sen pun.

***

Mimpi. Kata kunci yang mampu mengubah hidup seseorang dalam sekejap. coba saja,ada berapa banyak judul buku ataupun novel best seller yang berbasis mimpi atau impian penulisnya? Dan impian yang tertuang di atas kertas itu pada akhirnya menuju pada pencapaian yang gemilang. Menginspirasi banyak orang,dan menumbuhkan mimpi-mimpi baru.
Dan sebuah impian bahkan bisa mengubah dunia...

Tetapi terkadang kita merasa mimpi-mimpi yang telah kita rencanakan dan rancang sedemikian rupa,pada akhirnya harus kita kubur lagi dalam-dalam. Atau mungkin impian itu yang lari meninggalkan kita. Bisa juga impian itu mati suri. Dan bahkan benar-benar mati. Lalu hilang. Mengapa?
Ada seseorang yang menjawabnya demikian;
“karena saya tidak bisa menemukan jalan untuk menuju ke impian itu. Karena saya dipaksa untuk berbelok ke arah yang bukan menuju impian saya. Dan mimpi itu perlahan menjauh,lalu hilang. Saya kehilangan cara untuk mewujudkannya”
Bagaimana dengan anda? Jawaban apa yang akan anda berikan?

Pernyataan di atas tadi tentunya adalah pernyataan ironis dari orang yang kehilangan mimpinya. Orang yang sebenarnya tidak salah jalan. Tapi dia tidak menemukan jalan untuk menuju ke mimpinya. Dia dipaksa atau mungkin terpaksa berbelok ke jalan lain yang mengantarnya ke suatu tempat yang asing. Dan dia jadi tidak punya cara untuk mewujudkan impiannya.

Lalu tibalah dia di sana. Tempat yang sama sekali asing. Menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Kebingungan. Tidak tahu apa-apa. Lalu pada akhirnya hanya bisa menundukkan kepala. Sedih. Dia kehilangan impian lamanya. Seperti orang patah hati...

Padahal,bila diibaratkan sumber daya,impian itu termasuk sumber daya yang dapat diperbarui. Alias tidak akan ada habisnya. Seperti air,sinar matahari,dan udara. Gratis,tidak pernah habis,dan ada di mana-mana.

Ya,..
Gratis,tidak pernah habis,dan ada di mana-mana. Kemana pun kita pergi,di mana saja kita tersesat,kita akan selalu medapatkan udara. Sebesar apapun volume udara yang kita hirup juga tidak akan membuatnya habis,dan tidak akan ada yang akan menarik bayaran dari itu semua.

Begitu juga impian. Jalan yang berbeda,dan tempat yang asing,mungkin membunuh impian lama kita. Tetapi impian bisa ditemui di mana saja. termasuk tempat yang asing itu. Dan ternyata di tempat yang asing itu dapat ditemukan mimpi-mimpi yang baru. Yang siap untuk diwujudkan dengan cara yang baru.

Mimpi-mimpi untuk diri sendiri. Juga mimpi-mimpi untuk orang lain disekitar kita,..
orang-orang yang berarti...

***
Epilogue:
Tidak perlu menertawakan impian orang lain,karena setiap impian itu tetap indah bagi yang memimpikannya...:)

Sabtu, 27 Agustus 2011

Rekening (Anti) Bocor


Ini merupakan 'sekuel' dari posting sebelumnya yang berjudul "Rekening Anti Bocor (dengan catatan)" :-p

***

Suatu hari di minggu terakhir bulan juli 2011 (bulan dan tahun yg sama dengan tanggal posting sekuel pertama) pikiran saya sedang galau. Tapi kalau boleh (sedikit)jujur,hal yang membuat galau itu sebenarnya sangat sepele dan sedikit memalukan...(hehehe). Yang jelas pikiran galau itu berkorelasi dengan sesuatu yang bernama 'uang',singkatnya; "saya sedang butuh uang".

Dan pikiran galau itu menuntun saya untuk melakukan sesuatu. mata saya tertuju ke arah rak buku,awalnya hanya mata saja yang melirik kaleng biru bergambar tokoh kartun favorit saya. tapi kemudian otak yg tengah diinvasi oleh kegalauan itu mengeluarkan perintah agar semua indera saya bergerak. kaki melangkah mendekat,tangan menjamah. dan...celengan kaleng itu ada di genggaman saya.

Saya pandangi. agak lama juga. menimbang-nimbang.menimang-nimang. haruskah saya melakukan hal itu? tegakah saya untuk 'membobol rekening' yang masih seumur jagung muda itu?--dan yang pasti isinya juga tidak seberapa...

Saat itu hati nurani berkata; "jangan! bukankah kau menabung untuk beli handphone baru??(:-p) dari mana lagi kalau tidak menabung? bahkan pekerjaan saja kau tidak punya!"

sementara otak yang sedang tertekan berkata:" hei! kau tahu,aku sedang tertekan sekarang! aku stress! pusing!! apa kau mau aku terus-terusan begini?! ambil saja uangnya dan biarkan galau ini pergi!!"

nah,menurut anda manakah yg bakal menang? nurani atau otak?
hmm...let see...

***

Saya telah memutuskan.
Saya keluar kamar,menuju dapur. mengambil gunting dan semacamnya (benda-benda yg tajam dan keras).
Saya tutup pintu kamar.
Kemudian...
"Kreekk...!"
"Krompyang!"
"Cing,krincing,krincing,cing..." (wah ada recehan juga rupanya...)
dan seterusnya...

***

Jadi,kesimpulannya;
1.rekening anti bocor saya telah berubah menjadi rekening (anti) bocor.
2.ternyata saya punya niatan untuk membocorkannya (walaupun niatan itu timbul karena keadaan)
3.benar dugaan saya,uang yang ada tidak seberapa...bahkan jauh dari harga HP yang murah sekalipun,tapi lumayan untuk beli baju baru di toko baju biasa...:-D
4.Terkadang suatu rencana tidak berjalan sesuai keinginan,karena Tuhan tetap memegang 'palu hakim' untuk memutuskan.

Saran;
walaupun nantinya anda mengalami tragedi dilematis seperti ini,jangan menyerah untuk menabung,teruslah menabung selama masih ada yang bisa ditabung dan ada tujuan!
hidup menabung di celengan!!
(Hahahahaha!!!XD)

Peringatan;
menabung bukan berarti harus pelit!


***

P.S : Maaf,sedikit lebay...:p

Kamis, 07 Juli 2011

Rekening Anti Bocor (dengan catatan)



Bagi saya yang penghasilannya masih dari orangtua,menabung di bank malah bikin tambah miskin. karena saya pakai prinsip; "menabung dari sisa uang saku" bukannya "menabung dengan menyisihkan uang saku". jadi untuk saat ini,celengan kaleng menjadi bank terpercaya saya,karena rekening-nya 'anti bocor'.bebas biaya administrasi,dan tidak gampang tarik tunai layaknya di ATM:-p. (Rekening Anti Bocor berlaku dengan catatan; "apabila saya tidak punya niat untuk membocorkannya;-)"--hahaha..)
jadi,siapa yang mau buka "rekening anti bocor",sekarang??

Kamis, 23 Juni 2011

GERIMIS AWAL DESEMBER


Awal Desember. Langit mengganti lazuardinya jadi putih kelabu,menyembunyikan matahari yang sedang malas. Membuatnya jadi muram. Udara terasa lebih dingin. Bumi yang ini jadi basah. Sementara di belahan bumi lain jadi putih di mana-mana. Orang-orang jadi malas beraktivitas pula. Mereka lebih suka di rumah untuk tidur dan orang-orang dibelahan bumi lain itu akan duduk didepan perapian beralaskan karpet bulu yang hangat. Tetapi aku heran dengan mereka dibawah sana. Berlarian ke sana kemari,menendang,menggulirkan sesuatu yang bundar menggelinding di tanah yang keras,rata dan halus. Sementara disekelilingnya orang-orang yang lain bersorak-sorak,tak peduli dengan hembusan angin desember. Dan kejadian ini bukan yang pertama kali. Sudah beberapa hari ini aku menyaksikan hal yang sama. Bahkan ketika aku mulai ‘bertugas’,mereka seakan tak peduli dengan kehadiranku!
Malam ini aku kembali melaksanakan tugasku. Tepatnya masih belum. Aku masih di atas,dan terlihat dari sini mereka lagi-lagi ada di tanah keras dan rata itu. Tanah keras dan rata. Huuh! Aku paling benci apabila harus jatuh di tanah macam itu. Menyakitkan. Aku akan terpelanting lalu menggenang untuk waktu lama. Lebih parahnya lagi aku akan lebih sering terinjak-injak. Sepertinya malam ini aku akan jatuh disana lagi. Sesekali aku ingin jatuh ditanah yang gembur,lekas terserap,melewati siklus yang selalu sama dan kadang tersangkut di berbagai tempat. Terserap Akar tumbuhan,lalu keluar lagi lewat pucuk dedaun di pagi hari. Jalan yang berliku,namun akan kembali lagi menguap ke langit. Siapa aku? Apa pekerjaanku? Aku benda yang mati. Sebentuk zat. aku adalah setitik air yang terkadang menjelma sebagai rintik kecil gerimis,atau rinai hujan. Tapi beberapa hari ini aku masih melakukan tugas sebagai gerimis. Lebih kecil daripada gerimis. Aku tengah menjelma serpihan halus gerimis yang mudah ditiup angin. Desember masih dini. Belum saatnya menjadi rinai hujan.
Perintah dari langit sudah terdengar. Sudah waktunya terjun bebas. Semoga kali ini aku tidak terbanting ditanah keras itu. Dan...
Aku mendarat di permukaan yang lunak,berwarna hitam pekat dan menjuntai panjang. Aku tahu. Ini rambut di kepala seseorang. Seorang gadis.

***

“sudah mulai gerimis,” pemuda di sebelah gadis ini menggumam sambil menengadahkan tangannya.
“ya,aku tahu”. Jawab gadis berjaket ini. Hei! Seharusnya kau pakai tudung jaketmu! Karena aku dapat membuatmu pusing. Tapi aku sudah terlanjur mendarat di rambutmu. Semoga kau tidak pusing.
“masih mau disini?” tanya pemuda itu.
“pertandingan belum selesai,masih baru masuk babak kedua...” jawab gadis itu. Kali ini ia merapatkan jaketnya. Rupanya kau merasa dingin juga.
“ayo geser sedikit,tribun ini tak beratap...bagaimana kalau hujan?,” pemuda itu mengajaknya bergeser.
“ah! Masih gerimis halus...belum hujan kok...lagipula aku tidak akan bisa melihatnya dengan jelas kalau bergeser,” tolaknya.
“hhhh,” pemuda itu menghela nafas. “memangnya dia tahu kalau sejak kemarin kau nonton?”
“aku juga tidak tahu,sih...”
“jadi kau hanya sekedar berspekulasi? Nonton sambil dingin-dingin begini tanpa kepastian...? wuih! Dramatis sekali!” ujar pemuda itu sinis.
“yaah...setidaknya aku sudah memberitahunya sejak kemarin,bahwa aku akan datang melihat pertandingannya...”
“ck! Hanya memberitahu lewat jejaring sosial seperti itu bukan jaminan!”
“tapi dia membalas pesanku!”
“oh ya? Lalu apa katanya?”
“...’baiklah,lihat saja kalau memang kau ingin lihat’...”
“hanya itu? Kedengarannya datar-datar saja. Tidak ada kesan antusias dalam kalimatnya...”
“jadi maksudmu dia tidak peduli dengan kehadiranku? Dia tidak penasaran dan mencariku?”
“entahlah...” jawab pemuda itu.
Gadis itu terdiam. Lalu menghela nafas berat.
“ aku harap dugaan itu juga masih spekulasi. Bisa iya,bisa tidak. Tapi aku harap tidak...” ujar gadis itu dengan tatapan menerawang.
“semoga saja. Tetapi,apa kau hanya akan berdiam diri seperti ini terus? Terus-terusan ‘berbicara’ padanya lewat dunia maya? Padahal pesan yang kau kirim pun hanya sekedar basa-basi!’”
“bagaimana menurutmu? Aku perempuan,ruang gerakku terbatas. Tidak mungkin aku langsung menyatakan perasaan kan?”
“terbatas? Itu kan hanya pemikiran konservatif-mu! tidak ada salahnya juga kau bertindak,menunjukkan sedikit eksistensi-mu padanya. Berdiam terus juga percuma dan melelahkan! Dia bukan pangeran yang akan menghampirimu dengan sendirinya dan datang tiba-tiba seperti dongeng!”
“jadi apa yang harus aku lakukan?”
“lakukan dengan cara yang sesuai dengan pemikiran konservatif-mu itu!” jawabnya. Sepertinya kesal.
Gadis itu terdiam lagi. Kali ini seperti memikirkan sesuatu. sebenarnya situasi macam apa yang aku saksikan saat ini? ada apa dengan gadis ini? mengapa matanya tak lepas menatap orang-orang yang berebut benda bundar itu?
“GOLLLL!!!!!!!” tiba-tiba terdengar teriakan dari orang-orang yang bersorak itu. Kali ini seruan itu lebih keras lagi.
“ lihat! Tim-nya menang! dia masuk semifinal! Lusa aku masih bisa melihatnya!” gadis yang sejak tadi diam terpaku,kini melonjak-lonjak. Membuat posisiku goyah,dan perlahan aku merosot mengikuti helai rambutnya,lalu akhirnya...
Aduh...Sakit!
Aku jatuh lagi di tanah yang keras dan rata.

***

Masih di awal desember. Lusa setelah malam kemarin. Seperti biasa aku masih di awan menunggu perintah dari langit. Kali ini aku akan menjadi rintik gerimis. Dan lagi-lagi aku harus bertugas di tempat yang gaduh ini. semoga aku tidak langsung terjatuh di tanah itu lagi. Aku berharap mendarat di atas permukaan yang lunak seperti rambut gadis yang kemarin. Hei,bagaimana kabar gadis itu ya? Bukankah dia akan datang lagi? Tetapi,siapa sebenarnya yang dia lihat di sini? Apakah seseorang di antara belasan orang-orang yang berebut benda bundar itu?

***


Lagi. Aku terjatuh di kepala seseorang. Tetapi rambutnya tidak menjuntai seperti gadis itu. Siapa lagi ini? oh! Rupanya seorang laki-laki,salah satu diantara orang-orang yang berebut benda bundar itu. Karena kali ini cukup deras,mereka berhenti. Akhirnya mereka sadar jugaakan keberadaanku.
“ aduh! Di tunda,deh!” nampaknya ia mengeluh karenaku. maaf,ini sudah perintah.
“ maklum-lah...musim hujan!” celetuk pemuda disebelahnya. “hei! Lihat!” lanjutnya sambil menggoyang-goyangkan tubuh pemuda ini. hei! Hati-hati! Aku bisa terpelanting ke tanah itu!
“ iya. Aku tahu!” jawabnya.
“ dia selalu menonton sejak awal kita bertanding!”
“ aku juga tahu.” Jawabnya datar.
“ hmm..kau tidak menghampirinya? Lumayan kok...”
Pemuda ini tersenyum. Sesekali ia memandang ke arah seberang. Aha! Aku tahu! Mereka pasti membicarakan gadis yang kemarin. Apa benar orang ini yang gadis itu lihat?
“ entahlah...”
“ menurutku dia cuma ingin kau tahu...”
“ tahu apa?”
“ jangan pura-pura bodoh! Masa kau tidak bisa merasakan?”
“ ya,ya,ya! Aku tahu kok! Tapi apa kamu yakin,kalau dia...”
“ dia punya perasaan padamu!” potong pemuda disebelahnya.
“ tetapi dia hanya diam saja. Dia hanya mengirimkan pesan-pesan yang isinya basa-basi. Tidak ada yang berarti! Yaah,terkadang dia memberi semangat padaku. Aku juga merasa sedikit aneh...”
“ dia muncul tiba-tiba di hadapanmu,membuatmu heran, dan dia tidak pernah absen melihat kita bertanding,walau hujan sekalipun! Hei,asal kau tahu ya...aku sering memergokinya melihat ke arahmu saat kita break!”
“ benarkah? Lalu kenapa dia tidak menyapa atau menghampiriku?”
“ mungkin malu. Beberapa perempuan merasa ruang geraknya terbatas untuk mengekspresikan perasaannya saat ia menyukai laki-laki. Apalagi kau tak mengenalnya! Dan pesan-pesan yang dia tulis itu adalah cara yang dia pilih untuk berkomunikasi denganmu!”
“ begitu ya? Lalu aku harus bagaimana? Sementara aku mengharapkan seseorang yang lain untuk melihatku bertanding hari ini...,”
“hufth! Rupanya kau masih mengharapkannya! Pantas saja kau tidak peduli dengan gadis di sana itu!”
“kau dan gadis itu sama saja. Sama-sama mengharapkan seseorang yang tidak pasti. Dia mengharapkanmu,kamu mengharapkan orang lain. Padahal orang yang diharapkan itu sama-sama tak jelas! Yaah...dia pasti sakit hati bila tahu kau tidak peduli dengannya...”
“jadi menurutmu aku bersalah? Aku orang yang jahat? Aku tahu sakitnya perasaan yang bertepuk sebelah tangan,aku tahu letihnya mengharapkan sesuatu yang tanpa kepastian! tapi aku tak bisa memaksakan untuk menyukainya! Butuh waktu untuk itu!” nadanya meninggi. “Dan inilah caraku untuk menunjukkan padanya,bahwa...” imbuhnya. Kali ini nada suaranya lebih tenang. Tetapi ia memutus perkataannya. Seakan enggan meneruskan. Dia terdiam lama dengan kepala tertunduk. lalu menyambung lagi;
“bahwa bukan dia yang aku harapkan..” terdengar lirih.
Hmm...sepertinya aku sedikit memahami apa yang terjadi. Situasi ini situasi yang ‘muram’. Semuram langit bulan desember.

“hahh..! ok,ok...tidak ada terdakwa dalam kasus macam ini. kau dan gadis itu hanyalah ‘korban’!”. katanya. “ korban perasaan,” ia menambahkan.

***

Aku terpelanting lagi di tanah keras dan rata ini,ketika pemuda itu kembali berebut benda bundar menggelinding. Aku menggenang lagi,menjadi satu kesatuan dengan titik-titik air yang juga turun dari mendung.
Aku,setitik gerimis yang menjadi saksi bisu dari pembicaraan-pembicaraan itu. Banyak kata-kata yang tidak aku mengerti. Aku hanya tahu bahwa gadis yang kemarin lusa itu sama sepertiku yang masih menjadi serpih halus gerimis. Ada,terasa,tapi tidak terlalu dipedulikan. Bahkan tidak di harapkan. Aku jadi kasihan padanya. Seandainya bisa,aku akan menceritakan padamu bahwa pemuda yang kau harapakan untuk peduli denganmu,ternyata mengharapkan orang lain untuk peduli dengannya.
Sepertinya kau harus menjadi rinai hujan agar dia sadar dan peduli akan kehadiranmu. Atau setidaknya menjadi rintik gerimis sepertiku hari ini yang bakal jatuh di rambutnya...
Walaupun...

Walaupun nantinya kau akan kesakitan karena jatuh terpelanting di tanah yang keras dan rata ini....

-fin-