Senin, 28 Mei 2012

H.O.M.E

"Another summer day,Has come and gone away... In Paris and Rome, But I wanna go home...Mmmmmmmm.."(Home, by: Michael Buble) 
.... 
Home. House.secara harfiah memang semua artinya merujuk pada suatu benda fisik berupa bangunan dengan tembok, atap, pintu, dan jendela. dan dalam bahasa kita itu adalah "RUMAH". hanya "RUMAH". tetapi satu kata itu memiliki penafsiran yang beragam. bahkan mendalam. Mungkin anda juga pernah mendengar bahwa "HOME" dan "HOUSE" memiliki penafsiran yang berbeda. "HOUSE" adalah kata yang merujuk pada bentuk fisik dari rumah itu sendiri. seperti yang telah disebutkan sebelumnya. sebuah bangunan dengan tembok. atap,pintu, dan jendela. tetapi "HOME" lebih mengarah pada makna psikis dari rumah itu sendiri. Umm..yaah...memang sedikit sulit untuk mendeskripsikannya. 
Makna "Home" lebih cenderung kepada isi sebuah rumah. isi? apakah kursi, meja, ataupun perabot-perabot indah di rumah? ooh..tentu saja bukan! isi yang dimaksud adalah orang-orang yang ada di dalamnya. "Keluarga":). itulah mengapa dalam bahasa inggris "pulang" adalah "go home". masih sulit memaknainya? bagaimana dengan peribahasa ini; "A House is build by hand,but a home is build by heart" (semoga penulisan bahasa inggrisnya tidak salah..:S) atau kalau ingin lebih dramatis, dengarkan saja lagu dari sepenggal lirik di atas..:D 
.... 
bicara soal rumah, saya selalu tertarik dengan sesuatu yang berkaitan dengan rumah. mulai dari bentuk rumah itu sendiri, sampai dengan desain interior maupun eksteriornya. rumah dan segala tetek bengeknya selalu jadi topik menarik bagi saya. bahkan sewaktu masih SD dulu, saya bercita-cita ingin menjadi arsitek(namun akhirnya cita-cita itu pupus karena ternyata saya kelewat payah dalam matematika..hahaha..:P). namun walaupun cita-cita itu pupus, sampai saat ini rumah selalu membuat saya tertarik. apabila saya dalam perjalanan ke suatu tempat, entah itu pergi ke luar kota, atau sekedar di dalam kota bahkan di dekat-dekat rumah saya sendiri, saya selalu memperhatikan rumah-rumah yang saya temui di perjalanan. sambil memperhatikan, saya mulai berkhayal dan berpikir. ketika saya melewati rumah mungil dengan halaman yang luas, berumput rapi dan penuh tanaman saya berkhayal; "suatu saat nanti, ketika aku telah membangun kehidupanku sendiri, aku ingin punya rumah seperti ini". kemudian saya berjalan lagi, dan menemukan rumah yang lain, rumah yang berdiri megah, bertingkat, berpagar tinggi dengan pilar besar bak kastil kerajaan, khayalan yang tadi berganti lagi: "hmm..tapi tidak ada salahnya juga punya rumah model begini..". begitu seterusnya. khayalan itu terus berganti ketika saya menemukan rumah-rumah lain yang menurut saya menarik untuk dikhayalkan. tidak hanya berkhayal. saya juga selalu berpikir. atau lebih tepatnya membayangkan. ketika saya melewati rumah bergaya kuno dengan arsitektur peninggalan belanda, saya membayangkan tentang apa yang ada di dalam rumah itu. apakah semua barangnya juga kuno? apa saja ruang-ruang yang ada di dalamnya? apakah ada banyak ruang? apakah suasana di rumah itu hangat? kemudian, bagaimana rasanya apabila aku yang memiliki rumah itu? bagaimana jika aku yang tinggal di sana? apakah aku akan memiliki kamar sendiri? dan bagaimana nantinya aku akan menata kamarku? dan apakah aku punya cukup banyak ruang atau cukup luas ruang untuk menikmati waktu-waktu sendiriku? seandainya saja saya bisa jadi "invisible" dan dengan mudahnya bisa keluar-masuk untuk mengobservasi apa yang ada di dalam rumah-rumah itu. :D 
.... 
entah mengapa saya selalu antusias dan selalu berkhayal begini-begitu tentang rumah yang saya temui di jalan. saya juga tidak pernah keberatan apabila ada yang sekedar mengajak saya "muter-muter" tidak jelas atau istilahnya "cari angin". apalagi ke daerah yang belum pernah saya kunjungi. karena di sana pasti akan ada lagi rumah-rumah yang menarik hati. Dan ternyata, kebiasaan ini ada buruknya juga. kebiasaan ini terkadang membuat saya jadi kurang bersyukur dengan rumah saya sendiri. sering juga timbul dalam pikiran saya; "seandainya rumahku punya halaman luas berumput hijau,..seandainya rumahku megah dengan pagar tinggi yang kokoh,..seandainya juga ruang-ruang di rumahku lebih luas dan lebih banyak..." 
seandainya rumahku begini.... 
seandainya rumahku begitu... 
seandainya rumahku seperti rumahnya... 
seandainya rumah itu milikku.... 
dan "sendainya-seandainya" lain yang tidak realistis, haha..:D 
.... 
tetapi setelah kini saya hidup "sedikit" jauh dari rumah (selama ini saya tidak tinggal dirumah saya sendiri, karena saya berkuliah di luar kota yang jaraknya hanya satu jam dari kota tempat rumah saya)ada satu hal yang saya mengerti. apalagi setelah tahu betapa sedihnya apabila mereka (teman-teman kampus yang indekos jauh sekali dari kampung halamannya) mulai merasa rindu dan kemudian tiba-tiba semua yang ada di sekitarnya terasa asing, dan ketika mereka ingin bertemu dengan keluarga untuk melepas rindu,ternyata tidak bisa pulang. terlebih lagi ketika mereka ada dalam keadaan tertekan dan butuh dukungan keluarga. saya yang tinggal di rumah saudara saja terkadang masih merasa seperti itu,apalagi bagi mereka yang hanya indekos? satu hal yang akhirnya bisa saya mengerti mengenai rumah itu adalah; 

 "rumah bagi saya adalah "HOME" bukan "HOUSE". rumahmu adalah tempat dengan pintu yang selalu terbuka untukmu. selama apapun kamu meninggalkannya, sejauh apapun kamu pergi darinya, tempat yang selalu menunggumu pulang, dan tempat yang tidak akan pernah membuatmu merasa asing" 
 ....
 home sweet home 
rumahku, surgaku 
baiti, jannati...:) 
....
 "And I’m surrounded by A million people
 I Still feel all alone Oh, let me go home 
Oh, I miss you, you know"(Home, by: Michael Buble)