Senin, 30 Desember 2013

BLESSING IN DISGUISED

Baru-baru ini saya menambahkan sebuah momen ke dalam "milestone" kehidupan saya. Momen yang bagi saya sangat kontradiktif dengan momen-momen sebelumnya dalam "milestone" tersebut. Momen yang membuat grafik milestone saya, yang sebelumnya cenderung stabil (hanya ada sedikit dinamika yang tidak mencolok) menjadi seperti grafik harga saham yang naik turun dan fluktuatif.
...
Hmm...
Momen apa sih?
...
O y, sebelumnya, bagi kalian yang sengaja atau tidak sengaja membaca tulisan ini, mungkin akan menganggap saya terlalu banyak memakai metafora-metafora, atau lebih parahnya, kalian menganggap saya penganut "vickinisasi"?
Aduh..,
Jangan pakai anggapan yang kedua dong...
Hehe..
...
Jadi sebenarnya, awal dari momen yang saya tuliskan di milestone tersebut adalah ketika saya mengikuti ujian tugas akhir (skripsi) dan pendadaran atau ujian kompre. Di kampus saya, khususnya jurusan akuntansi, tempat studi saya selama ini, ada rumor (yang saat ini saya sadari telah menjadi suatu fakta) yang mengatakan bahwa dari 10 mahasiswa yang ujian tugas akhir, 7 diantaranya biasanya tidak lulus ujian kompre dan harus mengulang bulan berikutnya. Bagi saya pada saat itu, rumor tersebut hanya mitos, meskipun memang ada beberapa teman yang harus mengulang ujian kompre untuk ke sekian kalinya. Meskipun begitu entah mengapa saya tidak pernah ambil pusing dengan hal semacam itu. Entah saya yang terlalu optimis, atau terlalu percaya diri, bahwa hal seperti itu tidak akan terjadi pada saya.
...
Singkat cerita, pada akhirnya saya telah dijadwalkan untuk mengikuti sidang skripsi dan ujian kompre. Pada waktu itu 23 Desember 2013. Melihat daftar nama penguji saya pada saat itu, sempat terbersit keraguan dan rasa cemas karena saya kebagian tim penguji yang isinya dosen "top class", "well ranked" dan memakai istilah saya sendiri ; "silent killer". Silent Killer; seolah tenang, ramah, tetapi..
"jleb"!
They will stab you suddenly at the end. (maaf ya, Bapak dan Ibu penguji..mungkin istilahnya terlalu berlebihan, tetapi istilah "Top Class" dan "Well Ranked" itu bukan sinisme dari saya, kok. I Swear ^^v).
...
Tidak ada suasana tegang, perdebatan panas, bullying, tekan menekan mental, wajah-wajah judes, apalagi acara banting skripsi (karena mungkin topiknya pasaran) di ruangan itu.
Everyone seems in a goodmood, creating a nice atmosphere.
Beliau beliau yang semuanya dosen muda, duduk berhadapan dengan saya. Pertanyaan demi pertanyaan, yang diselingi intermezzo mengalir dan saya jawab sebisa mungkin. Saya merasa lancar menjawab pertanyaan pertanyaan itu (meskipun mungkin pada saat itu saya tidak tepat dalam memberikan contoh aplikatif teori yang ditanyakan dalam ujian kompre). Dan saya yakin saya akan langsung lulus saat itu juga.
...
Sampai tiba saatnya untuk skorsing. Saya diminta keluar dan menunggu keputusan dari tim penguji. Agak takut juga sih. Tetapi waktu itu saya mencoba untuk tenang dan optimis.
Dan ketika saya dipanggil lagi untuk masuk ke ruang ujian,..
Masih dengan wajah ramah dan penuh senyum, mereka mengumumkan bahwa...
Saya lulus untuk skripsi, tetapi harus mengulang untuk kompre.
"Selamat ya, setidaknya skripsimu lulus" kata salah satu penguji, sambil tersenyum dan menjabat tangan saya. Sementara saya tidak bisa berkata apa apa. Speechless dan gamang. Saya hanya bisa menjawab lirih;
"I..Iya Pak..terimakasih" (sampai-sampai mungkin si Bapak tidak bisa mendengarnya).
...
Saya pun keluar dengan membawa berita acara kelulusan yang kosong. Well, I've been suddenly stabbed. And then I realize that it wasn't a myth anymore...
Sebenarnya tidak terlalu sedih juga, karena pada hari itu, dari 16 orang yang ujian, hanya 4 atau 5 saja yang langsung lulus.
...
Still, it was so disappointed.
...
Itulah yang terjadi.
Saya tidak akan membahas mengenai mengapa di jurusan saya ada hal semacam itu, entah itu konspirasi atau budaya yang sengaja dibuat untuk menciptakan suatu image tertentu di jurusan saya. Itu urusan mereka (Yaah..meskipun sebenarnya ingin juga sih membahas itu :p).
..
Kecewa berat? Pasti.
Beberapa hari itu pikiran saya galau dan gamang.
Meskipun orangtua saya  santai santai saja dan bisa menerima, tetapi entah mengapa saya sendiri yang tidak bisa menerima kenyataan. Selama ini saya tidak pernah mengalami suatu kegagalan yang berarti, walaupun belum juga ada pencapaian atau keberhasilan yang berarti. Sepanjang catatan dalam milestone saya yang cenderung datar dan stabil, tiba tiba ada fluktuasi. Fluktuasinya tidak begitu menggembirakan. Rasanya lebih mengecewakan daripada perasaan yang bertepuk sebelah tangan..
(eh, kok jadi mellow begini sih? -_-).
...
Selama hari hari galau itu juga, saya banyak menerima nasehat nasehat dan masukan dari orangtua yang tujuannya sebenarnya untuk menghibur saya. Dan dari sana juga saya merenung, memetik hikmah dari kejadian ini.
...
Hidup ini tidak selamanya berjalan mulus dan datar datar saja. Suatu saat perubahan itu mutlak, entah itu perubahan yang memang kita buat sendiri, atau perubahan yang terjadi dengan sendirinya, di kala kita mengharapkan segala sesuatu untuk tetap sama. Ketika selama ini kita merasa hidup kita berjalan mulus mulus saja, tetapi suatu saat kita mengalami suatu kejadian yang mengecewakan, seperti kehilangan atau kegagalan, itu berarti Tuhan sedang mengajari kita, bagaimana menghadapi ujian-ujian hidup di masa yang akan datang, yang mungkin akan lebih berat daripada yang kita alami sekarang. Bukankah ujian itu bertahap sesuai tingkatan kita, dan Tuhan tidak akan memberikan ujian melebihi batas kemampuan kita.
...
Terkadang Tuhan "memaksa" kita untuk keluar dari zona nyaman yang kita diami selama ini untuk membuat kita lebih kuat nantinya.
Sepanjang Milestone saya yang datar dan stabil selama ini adalah zona nyaman selama ini. Kemudian ada saat dimana saya mengalami kegagalan dan itu adalah saat di mana Tuhan mengeluarkan saya dari comfort zone tersebut.
Dan lagi,
Kekecewaan merupakan interval antara harapan dan kenyataan. Semakin tinggi harapan, ketika harapan itu tidak terwujud (kenyataan) maka kita akan "sakit" karena terjatuh dari "tempat tinggi". Awalnya, saya memang terlalu berharap lebih bahwa saya akan langsung lulus, dan mungkin tanpa saya sadari pada saat itu saya telah sombong.
...
Apa yang saya tulis di sini, tidak bermaksud untuk menyinggung salah satu pihak. Dan saya tidak peduli apabila ada yang menganggap tulisan saya terlalu berlebihan. Saya hanya ingin berbagi pengalaman kepada kalian yang mungkin tengah mengalami kekecewaan serupa. Dan saya berharap, tulisan ini akan sedikit menghibur kalian :)
...
Setiap kekecewaan yang terjadi pada kita adalah rahmat yang tersembunyi ; Blessing in Disguise.
So, reveal the disguised one, and find the blessing :)
...
Jember, akhir Desember 2013

Jumat, 27 Desember 2013

THE TRUTH (?)

Aku punya mimpi, punya keinginan dan bahkan mungkin aku punya sedikit obsesi dan ambisi.
Dibalik mimpi yg masih belum menjadi realita itu, aku juga menyimpan mimpi yang lain. Mimpi yg bisa jadi sebenarnya adalah kebenaran. Atau mungkin sebuah keinginan sejati. Sebagai seorang perempuan.
Aku masih menganggapnya "mungkin". Karena bayang2 mimpi yg belum jadi realita itu begitu besar. Menutupi apa yang aku
sebut keinginan sejati itu hingga nyaris tak terlihat, kendati ia berusaha untuk menyembul keluar dari himpitan bayang2 itu. Seperti org yg hampir tenggelam dan menjulurkan tangannya untuk minta tolong, dan aku tidak berani menolongnya. Aku tidak bisa berenang. Aku takut tenggelam juga. Seperti itu perumpamaannya. Dan seperti itu pula yg aku rasakan...
" Aku takut tenggelam"
...

P.s : if you know what I mean

Kamis, 11 April 2013

Cumi Enam Belas Ribu

nasi padang-doc.pribadi


Waktu itu siang bolong yang panas dan "melaparkan". Saya dan tiga teman saya pun memutuskan untuk mencari tempat makan siang.

Dan, setelah melalui beberapa "adu argumen" tentang tempat makan mana yang enak, akhirnya pilihan jatuh pada rumah makan padang yang baru saja opening. katanya sih, murah meriah. 
Murah Meriah? 
Iya, murah meriah..."asal anda tahu rumusnya" --(kata salah satu teman, pada saat itu).

.....

Sampailah kami di sana. Rame banget! 
mungkin karena memang murah dan bisa ambil-ambil sendiri (a.k.a prasmanan).


setelah mengambil nasi (sepuasnya) kami berempat jadi sibuk sendiri. Sibuk milih lauk..:D
.....

Melihat lauk-lauk terpampang rapi di piring dalam etalase khas rumah makan padang itu, membuat saya ingin mencicipi semuanya. Lele, cumi, rendang, ayam, telurnya ayam, babat, jeroan, ikan goreng (entah ikan apa), sambel ijo, sayur daun singkong, dan kroni-kroninya yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu itu sepertinya menggoda saya dan berkata ; "take me out,please..."
.....

Hmm...mencicipi semuanya? 
bisa sih,
tapi...
dompet nggak mendukung dan piringnya juga nggak cukup...


Dan pada akhirnya, saya memilih lauk-lauk seperti foto di atas ;
Lele bumbu pedas-1

Cumi bumbu kuning-1
Sayur daun singkong+sambel (di itung gratis)
 Lauknya cuma dua gitu, pikir saya pasti nggak bakal habis banyak (murah).
......
Tibalah saat menghadapi kasir. 

Mbak Kasir : "Tadi ambil apa aja, Mbak?"
Saya            : " Nasi, Sayur, Sambel...sama lele satu..."
Mbak Kasir : "Nasi,sayur, sambel, sama lele...9000" (sambil mencet kalkulator)


Saya            :  "Minumnya Es Jeruk, O iya..trus tadi pake cumi juga"
Mbak Kasir : "Oh, tambah cumi? Totalnya 16.000 Mbak..."

Saya            : (nyodorin uang 20 ribu-an)
Mbak Kasir : "Ini kembaliannya, makasih Mbak..." (nyodorin kembalian dengan ramah)

......

Awalnya saya nggak 'Ngeh' dengan transaksi pembayaran tadi. Tetapi saat di dalam mobil (bukan mobil saya) saya jadi kepikiran. apalagi salah satu teman nyeletuk kalau saya habis banyak sendiri daripada yang lain. saya mulai menghitung-hitung...
tadi Nasi,Lele,Sayur dan sambel 9000 dihitung 1 paket. Es Jeruk 2000...lha? jadi cuminya...cuminya 7000? cumi kecil satu biji 7000? Serius?

Saya Pun bengong, dan teman-teman saya tertawa melihat saya bengong gara-gara "cumi enam belas ribu" itu. 
Seandainya saya nggak ambil cumi, harga yang harus saya bayar pasti bakal sama dengan teman-teman lainnya (lebih murah).
.....
Dari diskusi singkat bersama teman-teman di dalam mobil sepanjang perjalanan pulang, akhirnya saya tahu kebenarannya. Sebenarnya rumah makan itu benar-benar murah meriah. 
Nasi aja ngambil sepuasnya (asal piringnya muat). 

Cuma kita aja yang nggak tahu rumusnya dan "terlalu sopan".
Meskipun di kasir saya bilang "Lele satu".., atau "cumi satu..." itu ternyata nggak ngaruh dalam perhitungan harga. Mbak Kasir akan menganggap kita mengambil cumi sepuasnya alias lebih dari satu. 

Tapi pada saat mengambil lauk saya "terlalu sopan", saya cuma ambil satu. sebenarnya mau ngambil dua atau lima biji pun nggak masalah toh, nggak ada yang meriksa dan nggak ada CCTV. kita bayar ke kasir juga pas makanannya udah abis. Sebenernya hal yang sama juga berlaku buat lele. Ambil lebih dari satu juga nggak masalah. 

Jadi itulah makna "Murah Meriah" yang sebenarnya, Hehehe...
....

Enam Belas Ribu rupiah mungkin bukan harga yang mahal untuk anda yang tinggal di kota besar,apalagi Jakarta. tapi percayalah, bagi saya dan penduduk kota kecil ini (apalagi mahasiswa di tanggal tua) harga Rp 16.000 itu sudah terbilang mahal hanya untuk sekedar satu lele dan satu cumi. Trust Me!
.....
Dan pada siang itu, saya bersumpah untuk balas dendam ketika nanti saya kembali ke rumah makan itu.
(Tapi sampai tulisan ini di posting, saya belum kembali ke sana lagi).